Mengenai catatan akhir tahun yang sebenarnya, mungkin sudah banyak yang membuat postingan tentang itu, silahkan dicari sendiri. Saya hanya teringat tulisan yang kubaca tahun 2010 silam, yang mudah-mudahan masih valid dengan situasi kita saat ini ;
Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlahalasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dandatangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalamkafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti,sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.
Ada banyak cara untuk melewatkan waktu -banyak di antara kami yang membacaAl-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. BeyzaAkturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta MuslimahTurki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr UsamaAl-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkatdan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.
Wartawan sibuk sendiri, para aktivis -terutama veteran perjalanan-perjalananke Gaza sebelumnya- mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruangmedia sambil menyatakan bahwa dia "tangan kanan" seorang politisiInggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.
Activism
Ada begitu banyak activism, heroism. Bahkan ada seorang peserta kafilahyangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan "Heroes ofIslam" alias "Para Pahlawan Islam." Di sinilah terasa sungguhbetapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena AllahTa'ala.
Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuankhusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta laintidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen ataupengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besarterhadap Gaza.
Kalau dibiarkan riya akan menyelusup, na'udzubillahi min dzaalik, dan semuakerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yangterhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumberamarah Allah Ta'ala.
Mengerem
Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaanmenyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagikuuntuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untukapa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dariketidakikhlasan dan riya? Kau pernah berada dalam situasi ketika orangmenganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuahpenerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah,to Allah's blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah'sanger and displeasure?
...Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini,Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisidunia di sini...
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini,Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisidunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorangMuslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibukmembantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam padawaktunya. Dari para ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa priaikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlahperokok ndableg.
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini,Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yangpetantang-petenteng karena ketenaran mereka.
Semua berteriak, "Untuk Gaza!" namun siapakah di antara merekayang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.
Gaza Tak Butuh Aku
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidakmembutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.
Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gazahanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguhmudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha.Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.
...Gaza tidak membutuhkan aku. Akulah yang butuh berada di sini, suamikuDzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkannama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak menolong agamaNya.Menolong membebaskan Al-Quds....
Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh beradadi sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftarhamba-hambaNya yang bergerak -betapa pun sedikitnya- menolong agamaNya.Menolong membebaskan Al-Quds.
Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha.Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!
Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruanhati.
Cara Allah Mengingatkan
Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya caraterbaik untuk mengingatkan aku.
...Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya caraterbaik untuk mengingatkan aku...
Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya - karena takmungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah danbau asemnya tubuhku.
Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikandengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karenaada dua potongan kuning coklaaat menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan?Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu,alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepadaanak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fiisabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarangwaktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?
Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndablegbertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan airsebanyak mungkin -sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua pesertakafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air- lalu kusiramkan ke toilet.
Masih ndableg.
Kucoba lagi menyiram.
Masih ndableg.
Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri.
Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush.Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubangtoilet.
Blus!
Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana.
Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaikmungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa takbersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.
...sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bilakulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hinadaripada mendorong kotoran ndableg tadi...
Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi -agar aku berendah-hati, agaraku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku,bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hinadaripada mendorong kotoran ndableg tadi.
Allahumaj'alni minat tawwabiin
Allahumaj'alni minal mutatahirin
Allahumaj'alni min ibadikassalihin
29 Mei 2010, 22:20
Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla toGaza Mei 2010
Source : Voice Al Islam
***