Narasi di atas adalah scene pembuka dari sebuah serial animasi yang tayang di tv swasta AN Teve tahun 2008-2009 lampau. Saya tak hendak membahas seri kartun berlatar negeri china tersebut, namun ceritanya begitu mirip dengan peristiwa akbar dalam sejarah indonesia di abad milenia ini; Aksi Damai 212.
Meski dilatarbelakangi oleh ucapan SARA seorang pejabat
publik, namun saya melihatnya sebagai sebuah komplikasi dari semua permasalahan
yang menimpa bangsa ini. Jauhnya gap antara si kaya dan si miskin, wakil-wakil
rakyat yang mengkhianati amanat, para penjajah model baru yang datang berkedok investor,
hingga pertikaian antar organisasi baik
yang berbasis agama maupun non agama yang begitu akut. Umat muslim di negeri ini
sama persis yang digambarkan Nabi Shallalohu alaihi wasallam dalam sebuah hadits” ..
jumlah kalian saat itu banyak, namun bagai buih di lautan… “
Syahdan, meminjam ucapan Ust. Erick Yusuf di situs republika
, Buih-buih itu, kini berubah menjadi ombak besar yang sanggup menelan apa pun
di sekitarnya. Atau bagai setangkai lidi yang terserak menemukan kelompoknya
kembali. Dia telah berubah menjadi sapu yang kuat. Yang sanggup menyapu
kemungkaran di hadapannya.
Ya...umat Muslim Indonesia seakan menemukan semangat
persaudaraan yang lama hilang. Yang telah lama ditelan ruwetnya rutinitas dan
hiruk pikuk keduniaan.
Peristiwa 212 yang bersejarah bagaikan sebuah tombol
detonator 'bom waktu' yang telah ditekan untuk meledakkan seluruh potensi
positif. Kebaikan dan sekaligus kebangkitan umat Islam.
Bukan hanya nusantara, tapi juga dunia. Karena,
sesungguhnya, dunia menyaksikan aksi superdamai (Aksi Bela Islam III) yang
dilakukan umat Islam Indonesia. Dunia menjadi saksi telah terjadinya shalat
Jumat berjamaah terbesar sepanjang sejarah. Dunia menjadi saksi bangkitnya
kesadaran umat Islam Indonesia dengan memperlihatkan kegigihannya dalam
menegakkan keadilan di muka bumi dengan cara yang ma'ruf, yang elegan, yang
sangat Islami.
Revolusi kebangkitan telah dimulai. 'Raksasa' yang tertidur
mulai menggeliat bangun. Tentu kita harus lebih bekerja keras memperbaiki diri.
Mulai dari hal-hal yang kecil, dari aktivitas keseharian, dari banyak hal yang
diremehkan.
Maka saksikanlah, mesjid-mesjid kini penuh, kajian-kajian
pemuda semarak kembali, pun ikatan tenggang rasa yang lama hilang itu telah ‘pulang
kembali’ ke negeri ini.
Untuk itu mari kita masuk ke dalam arus perubahan. Karena, semua yang
terlambat akan tertinggal dan semua yang mengadang akan terhempas. Kekuatan
apapun itu tidak ada yang akan sanggup menghalanginya.
Wallahul musta’aan
.=============================================
.=============================================
Berikut saya publish foto-foto yang merupakan dampak dari
Aksi Damai tersebut, yang mungkin sewaktu-waktu saya update seiring postingan-postingan
yang saya temukan. Insya Allah.
- - -
Pedagang baca quran
Budaya menjamu peserta aksi (ikromu dhuyuf)
Budaya berjalan kaki menuju tempat aksi, serasa menemukan kenikmatan spiritual tersendiri dalam melakukannya.. mengingatkan kita akan para pejuang negeri ini dimasa lampau yang berjalan berkilo-kilo ke Jogjakarta demi menyelamatkan eksistensi negara. Terkini ada aksi naik sepeda pula dari keluarga cemara asal Tangerang dan 2 remaja asal Banyuwangi.
- -
Di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta, di sebelah kiri, tepatnya di samping gerbang utama gedung bertingkat PT Citra Marga Nusa Pala, berdiri sebuah rumah makan murah meriah dengan lauk mewah. Bagaimana tidak, hanya dengan membayar Rp 3 ribu, pembeli bisa menikmati menu nasi dengan aneka lauk pauk yang sangat menggugah selera.
Warung istimewa ini bernama Podjok Halal, berdiri di bawah tenda biru berdampingan dengan pohon kelapa yang menjulur tinggi ke atas. Suasana semakin asri dengan adanya tanaman-tanaman yang melingkari bangku pengunjung.
Warung ini merupakan milik seorang pengusaha Tionghoa muslim bernama Jusuf Hamka.
Warung istimewa ini bernama Podjok Halal, berdiri di bawah tenda biru berdampingan dengan pohon kelapa yang menjulur tinggi ke atas. Suasana semakin asri dengan adanya tanaman-tanaman yang melingkari bangku pengunjung.
Warung ini merupakan milik seorang pengusaha Tionghoa muslim bernama Jusuf Hamka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar