***

10/15/2017

Karir Militer Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. SOEHARTO



8 Juni 1921
lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta dari pasangan Kertosudiro, seorang petugas Irigasi & Sukirah, anak Petani
--
Sekolah SD di Pedes (Yogyakarta), menekuni semua pelajaran, terutama berhitung
usia 14 tahun tinggal di rumah Hardjowijono, teman ayahnya dan murid Kiai Darjatmo, tokoh ulama Wonogiri
--
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta
1 Juni 1940
diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.
1942
diterima di Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL) / tentara kerajaan Belanda. berpangkat sersan Saat Perang Dunia II berkecamuk
1945
letnan kolonel PETA (tentara Jepang)
5 Oktober 1945
resmi menjadi anggota TNI
1946
letnan kolonel Brigade Garuda Mataram; pasukan penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi
--
Komandan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL (belanda)
1 Maret 1949
Sebagai Letkol Brigade 10 memimpin serangan umum di Yogyakarta atas perintah Panglima Besar Jend. Soedirman
1 Maret 1953
Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel
1 Januari 1957
Kolonel Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang
17 Oktober 1959
dipecat oleh Jenderal Nasution sebagai Pangdam Diponegorot akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di Jawa Tengah
Atas saran Jenderal Gatot Subroto, dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung.
1960
mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di Bandung, dan pada 1961 diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun
1 Oktober 1961
Sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) juga Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Berangkat ke Beograd, Paris dan Bonn (Jerman) sebagai Atase Militer Republik Indonesia.
1 Januari 1962
Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar
1962
ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution dan di pertengahan tahun diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965
2 Januari 1962
sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
1 Mei 1963
sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965.
1965
- dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat
menggantikan Jendral Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.
- membubarkan PKI dan ormas-ormasnya
11 Maret 1966
Berbekal Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Keputusan yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat G-30-S
12 Maret 1966
-menyatakan PKI sebagai partai terlarang di Indonesia
-mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia
1 Juli 1966
menerima kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang 4
12 Maret 1967
ditetapkan sebagai pejabat presiden setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS.
27 Maret 1968 Ditetapkan menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968). Ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan.
1 Juni 1968
dimulainya Orde Baru. Susunan kabinet yang diumumkan pada 10 Juni 1968 diberi nama Kabinet Pembangunan "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I, dan pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Subroto, Dr Emil Salim, Drs Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro.
====
Tambahan :
1985
Beliau menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan.Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan juga memuji gebrakan Soeharto.
8 Juni 1989
Beliau dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan.
Di ASEAN, beliau dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini sehingga disegani di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah belanja negara di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating saat itu.
1995
Berkunjung ke Balkan dalam usaha perdamaian antara Bosnia dan Serbia. Setelah bertemu Presiden Kroasia Franjo Tudjman, di Zagreb, Presiden Soeharto melanjutkan perjalanan ke Sarajevo (ibu kota Bosnia Herzegovina). Sebagai catatan beliau bersama rombongan melewati Sniper Valley (medan baku tembak) tanpa rompi pengaman dan topi baja untuk menemui Presiden Alija Izetbegovic di istananya.
----



========
Sumber 3