***

7/23/2018

Piala Dunia 2018, Akhir Era Possession Football?

Dwi Widijatmiko, bolasport


Piala Dunia 2018 resmi berakhir pada Minggu (15/7/2018). Turnamen sepak bola terbesar sedunia itu berhasil dimenangi oleh Prancis usai melibas habis Kroasia dengan skor 4-2 di partai final.

Sejak awal turnamen ini, Prancis memang dijagokan banyak orang untuk menjadi juara dunia.

Berbekal sederet talenta berbakat seperti Antoine Griezmann, Kylian Mbappe, Rafael Varane, N'Golo Kante, dan Paul Pogba, Prancis sukses menghajar lawan-lawannya.

Di Piala Dunia 2018 Prancis menyapu enam laga dengan kemenangan dan mendapatkan satu hasil imbang.


Hasil imbang tersebut diperoleh Prancis di fase grup ketika menghadapi Denmark.

Tapi, meski menjadi juara dunia, statistik Prancis dianggap tak terlalu menonjol, terutama dari penguasaan bola.

Bermain dalam 7 laga sepanjang Piala Dunia 2018, Prancis hanya berhasil tampil dominan ketika menghadapi Australia dan Denmark.

Menghadapi Australia, Prancis memperoleh rataan 51 persen penguasaan bola sedangkan saat menghadapi Denmark, Prancis memperoleh rataan penguasaan bola sebanyak 62 persen.

Sisanya bisa ditebak sendiri bahwa Prancis memang tak tampil begitu dominan.



Tapi, keputusan pelatih timnas Prancis, Didier Deschamps, untuk tidak memainkan possession football jelas langkah yang brilian.

Ditopang dengan gelandang terbaik seperti N'Golo Kante dan Paul Pogba, bermain direct atau melakukan serangan balik cepat menjadi taktik yang jitu.

Apalagi, Prancis memiliki trisula dengan kecepatan kilat, yakni Antoine Griezmann, Blaise Matuidi, dan Kylian Mbappe, yang siap merusaj jantung pertahanan lawan dengan seketika.

Di partai final Piala Dunia 2018, Prancis kalah telak dalam urusan penguasaan bola dari Kroasia.

Tim Ayam Jantan hanya memegang 39 persen penguasaan bola dalam laga itu, namun mereka justru sukses menghujamkan 4 gol ke gawang Kroasia.

Lantas, apakah Piala Dunia 2018 merupakan akhir dari strategi possession football? Untuk membahasnya kita harus melihat secara menyeluruh.

Salah satu media ternama di dunia, The Wall Street Journal, pernah membahas bahwa possession football adalah strategi kalahan di Piala Dunia 2018.

Harus diakui pergeseran strategi memang terlihat sangat kentara di Piala Dunia 2018


Tim-tim terbaik di Piala Dunia masih tahu caranya untuk menguasai pertandingan lewat penguasaan bola, tapi di satu titik mereka bakal melakukan direct football dan mengubah permainan menjadi lebih cepat.

Brasil, Belgia, Inggris, dan Prancis merupakan tim yang selalu melakukan serangan balik cepat di turnamen tersebut.


Pergeseran taktik tersebut kemudian diakui oleh pelatih timnas Spanyol, Fernando Hierro, di mana ia mengindikasikan permainan Spanyol tak lagi relevan.

"Tahun 2008, 2010, dan 2012 kami bermain di level berbeda dan belum ada strategi seperti kami yang pernah melakukannya," tutur Hierro.

"Sekarang kita berada di tahun 2018 di mana banyak hal berubah. Banyak serangan langsung dan transisi yang cepat," lanjutnya.

Menilik statistik Spanyol sendiri, mereka memang masih menjadi tim yang dominan di Piala Dunia 2018.

Mereka masih mempertahankan strategi possession football yang digunakan untuk meraih trofi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012.

Menurut Opta Sports, dari 4 laga yang dimainkan Spanyol di Piala Dunia 2018, rataan penguasaan bolanya adalah 74,7 persen.
--

Setelah Spanyol, ada juga Jerman serta Argentina yang tampil begitu mendominasi.

Tapi sayangnya, ketiga negara penguasa pertandingan tersebut tak mampu melaju lebih jauh dari babak 16 besar.

Yang paling tragis adalah Jerman. Mereka bahkan tak mampu lolos dari fase grup.

Selain Spanyol, Argentina, dan Jerman, ada dua negara lagi yang menggunakan taktik possession football.

Mereka adalah Arab Saudi dan Swiss. Kedua negara ini juga sama, langkah mereka tak bisa lebih jauh dari babak 16 besar.

Sebaliknya, Brasil, Belgia, Inggris, dan Prancis menjadi pesakitan dalam statistik penguasaan bola.

Tapi, untuk urusan direct football dan serangan balik, keempat negara tersebut adalah jagonya.

Bahkan dengan strategi ini Belgia sukses mengalahkan Jepang, yang sudah sempat unggul 2-0.


Bak disambar petir di siang bolong, pelatih Jepang, Akira Nishino, sampai kaget dengan apa yang terjadi pada Jepang.

"Saya tidak mengharapkan serangan balik semacam itu. Para pemain saya tidak menyangka bahwa bola bergerak ke tengah lapangan dalam waktu beberapa detik. Hal itu sangat menentukan pertandingan," kata Nishino.

Pendekatan-pendekatan seperti ini justru menjadi kunci kesuksesan di Piala Dunia 2018. Setidaknya dua pelatih sudah mengakui hal tersebut.

Bahkan menurut pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, penguasaan bola yang tinggi belum tentu membuka peluang untuk mencetak gol.


"Sangat keliru bila menganggap penguasaan bola merupakan peluang terbesar untuk mencetak gol," ujar Tabarez.

"Ketika tak memegang bola, Anda masih bisa menyerang lawan dengan cara yang berbeda," pungkasnya.


Tabarez mengatakan hal ini usai Uruguay menekuk Portugal di babak 16 besar Piala Dunia 2018.

Di laga itu Uruguay hanya memiliki 39 persen penguasaan bola, tapi dengan cara lain pada akhirnya mereka keluar sebagai pemenang meskipun di pertandingan selanjutnya mereka dikalahkan Prancis




Dengan komentar para pelatih dan angka yang ada di Piala Dunia 2018, sepertinya memang sudah saatnya sepak bola menuju ke arah yang berbeda.

Tentu hal tersebut sangat menyegarkan sekaligus menjadi tantangan baru bagi para pelatih untuk mencari antitesis dari direct football dan serangan balik cepat itu sendiri, seperti halnya selama bertahun-tahun orang berusaha mencari penangkal possession football-nya Spanyol dan Jerman.

Source

7/14/2018

BAHAYA 'CAHAYA BIRU' DI GADGET KITA



Bila kita melihat foto sebelah kiri maka mungkin yang terlintas dipikiran kita; Jadul / zaman old. Namun bila kita melihat foto sebelah kanan maka yang terlintas dipikiran kita; zaman now.

Namun penelitian akhir-akhir ini memberi kebalikannya, yang sebelah kiri justru lebih sesuai dengan ilmiah. Bagaimana maksudnya?

Mari kita analogikan dengan ibadah puasa yang umat islam jalankan sebelan kebelakang. Mengapa disiang hari puasa kita tak mudah mengeluh lapar, beda dengan di hari-hari biasa ? KETIKA kita mulai meniatkan puasa & berhenti makan sebelum shubuh maka saat itu timbul image diotak kita " sampai sore tak ada makanan..  sampai sore tak ada makanan.." lalu image tersebut menyebar ke seluruh bagian tubuh dalam bentuk perintah agar otot-otot/ sel syaraf berhenti mencari makanan.

Hal yang serupa berlaku ketika kita menggunakan cahaya terang dimalam hari.  dimana Ketika matahari terbenam, ini memberi sinyal kepada tubuh kita bahwa sudah waktunya untuk mempersiapkan diri untuk tidur nyenyak dan meremajakan (sel-sel tubuh). Dengan munculnya listrik dan pencahayaan interior,  ini malah memberi sinyal kepada otak bahwa itu masih siang hari, padahal sebaliknya atau kita mampu terjaga lebih lama karena cahaya begitu terang . Pada gilirannya, siklus itu terganggu dan gangguan kesehatan bermunculan.  Peningkatan diabetes , penyakit kardiovaskular, kanker , Parkinson dan Alzheimer , multiple sclerosis, penyakit ginjal, depresi , kecemasan , sakit kepala, masalah perilaku pada anak-anak - adalah hal-hal akrab kita lihat di masa kini.

Tapi sekarang bahayanya semakin cepat dengan kecepatan yang luar biasa, sebagian besar karena meluasnya penggunaan laptop, komputer, ponsel pintar dan tablet sepanjang hari dan hingga malam hari.Bahaya itu bernama Blue Light / Cahaya Biru.

Harvard Health menjelaskan mengapa cahaya biru sangat berbahaya di malam hari:

    “Sementara cahaya apa pun dapat menekan sekresi melatonin, cahaya biru di malam hari melakukannya dengan lebih kuat. Peneliti Harvard dan rekan-rekan mereka melakukan percobaan membandingkan efek dari 6,5 jam paparan cahaya biru untuk paparan cahaya hijau dengan kecerahan yang sebanding. Cahaya biru menekan melatonin selama sekitar dua kali lebih lama daripada cahaya hijau dan menggeser ritme sirkadian sebanyak dua kali lipat (3 jam vs 1,5 jam). ”

Apa yang benar-benar kita butuhkan pada siang hari adalah cahaya spektrum penuh - seperti apa yang kita dapatkan dari matahari, sedangkan malam hari membutuhkan pencahayaan yang lebih tenang dan kemerahan, seperti apa yang dilepaskan lampu merah jambu . Tetapi karena kita sangat bersandar pada sisi biru spektrum cahaya 24/7, kita sebenarnya perlu mengkompensasi lebih banyak dengan spektrum merah -itulah mengapa kita begitu nyaman berada disekitar api unggun, karena kita memang butuh cahaya di gelap malam, tapi bukan seterang siang.


Apa yang harus dilakukan untuk menyikapinya ? Berikut beberapa tips :

-  Memasang F.lux di PC atau Laptop anda. F.lux adalah program komputer lintas platform yang menyesuaikan suhu warna tampilan sesuai lokasi dan waktu hari sehingga mata bisa beristirahat. Tegasnya layar akan mencerah dan meredup secara otomatis sesuai sesi hari.
- Memasang Iris mini, Blue light filter, dsb untuk perangkat HP anda dengan menyesuaikan layar ke nada lebih hangat di malam hari - dan nada yang lebih cerah, lebih biru saat fajar. Para ahli di lapangan merekomendasikan sekitar spektrum merah 2000K siang hari, 1600K atau lebih rendah untuk malam hari.
- Melaksanakan salah satu pesan peneliti masalah tidur berikut : matikan televisi, komputer, ponsel
,  dan tablet satu jam sebelum tidur dan bacalah buku2 tua dengan lampu pijar zaman dulu. Bayangkan; romantis nya itu. ^ ^



Semoga bermanfaat. CMIIW

SOURCE