Dwi Widijatmiko, bolasport
Piala Dunia 2018 resmi berakhir pada Minggu (15/7/2018). Turnamen sepak bola terbesar sedunia itu berhasil dimenangi oleh Prancis usai melibas habis Kroasia dengan skor 4-2 di partai final.
Sejak awal turnamen ini, Prancis memang dijagokan banyak orang untuk menjadi juara dunia.
Berbekal sederet talenta berbakat seperti Antoine Griezmann, Kylian Mbappe, Rafael Varane, N'Golo Kante, dan Paul Pogba, Prancis sukses menghajar lawan-lawannya.
Di Piala Dunia 2018 Prancis menyapu enam laga dengan kemenangan dan mendapatkan satu hasil imbang.
Hasil imbang tersebut diperoleh Prancis di fase grup ketika menghadapi Denmark.
Tapi, meski menjadi juara dunia, statistik Prancis dianggap tak terlalu menonjol, terutama dari penguasaan bola.
Bermain dalam 7 laga sepanjang Piala Dunia 2018, Prancis hanya berhasil tampil dominan ketika menghadapi Australia dan Denmark.
Menghadapi Australia, Prancis memperoleh rataan 51 persen penguasaan bola sedangkan saat menghadapi Denmark, Prancis memperoleh rataan penguasaan bola sebanyak 62 persen.
Sisanya bisa ditebak sendiri bahwa Prancis memang tak tampil begitu dominan.
Tapi, keputusan pelatih timnas Prancis, Didier Deschamps, untuk tidak memainkan possession football jelas langkah yang brilian.
Ditopang dengan gelandang terbaik seperti N'Golo Kante dan Paul Pogba, bermain direct atau melakukan serangan balik cepat menjadi taktik yang jitu.
Apalagi, Prancis memiliki trisula dengan kecepatan kilat, yakni Antoine Griezmann, Blaise Matuidi, dan Kylian Mbappe, yang siap merusaj jantung pertahanan lawan dengan seketika.
Di partai final Piala Dunia 2018, Prancis kalah telak dalam urusan penguasaan bola dari Kroasia.
Tim Ayam Jantan hanya memegang 39 persen penguasaan bola dalam laga itu, namun mereka justru sukses menghujamkan 4 gol ke gawang Kroasia.
Lantas, apakah Piala Dunia 2018 merupakan akhir dari strategi possession football? Untuk membahasnya kita harus melihat secara menyeluruh.
Salah satu media ternama di dunia, The Wall Street Journal, pernah membahas bahwa possession football adalah strategi kalahan di Piala Dunia 2018.
Harus diakui pergeseran strategi memang terlihat sangat kentara di Piala Dunia 2018
Tim-tim terbaik di Piala Dunia masih tahu caranya untuk menguasai pertandingan lewat penguasaan bola, tapi di satu titik mereka bakal melakukan direct football dan mengubah permainan menjadi lebih cepat.
Brasil, Belgia, Inggris, dan Prancis merupakan tim yang selalu melakukan serangan balik cepat di turnamen tersebut.
Pergeseran taktik tersebut kemudian diakui oleh pelatih timnas Spanyol, Fernando Hierro, di mana ia mengindikasikan permainan Spanyol tak lagi relevan.
"Tahun 2008, 2010, dan 2012 kami bermain di level berbeda dan belum ada strategi seperti kami yang pernah melakukannya," tutur Hierro.
"Sekarang kita berada di tahun 2018 di mana banyak hal berubah. Banyak serangan langsung dan transisi yang cepat," lanjutnya.
Menilik statistik Spanyol sendiri, mereka memang masih menjadi tim yang dominan di Piala Dunia 2018.
Mereka masih mempertahankan strategi possession football yang digunakan untuk meraih trofi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012.
Menurut Opta Sports, dari 4 laga yang dimainkan Spanyol di Piala Dunia 2018, rataan penguasaan bolanya adalah 74,7 persen.
--
Setelah Spanyol, ada juga Jerman serta Argentina yang tampil begitu mendominasi.
Tapi sayangnya, ketiga negara penguasa pertandingan tersebut tak mampu melaju lebih jauh dari babak 16 besar.
Yang paling tragis adalah Jerman. Mereka bahkan tak mampu lolos dari fase grup.
Selain Spanyol, Argentina, dan Jerman, ada dua negara lagi yang menggunakan taktik possession football.
Mereka adalah Arab Saudi dan Swiss. Kedua negara ini juga sama, langkah mereka tak bisa lebih jauh dari babak 16 besar.
Sebaliknya, Brasil, Belgia, Inggris, dan Prancis menjadi pesakitan dalam statistik penguasaan bola.
Tapi, untuk urusan direct football dan serangan balik, keempat negara tersebut adalah jagonya.
Bahkan dengan strategi ini Belgia sukses mengalahkan Jepang, yang sudah sempat unggul 2-0.
Bak disambar petir di siang bolong, pelatih Jepang, Akira Nishino, sampai kaget dengan apa yang terjadi pada Jepang.
"Saya tidak mengharapkan serangan balik semacam itu. Para pemain saya tidak menyangka bahwa bola bergerak ke tengah lapangan dalam waktu beberapa detik. Hal itu sangat menentukan pertandingan," kata Nishino.
Pendekatan-pendekatan seperti ini justru menjadi kunci kesuksesan di Piala Dunia 2018. Setidaknya dua pelatih sudah mengakui hal tersebut.
Bahkan menurut pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, penguasaan bola yang tinggi belum tentu membuka peluang untuk mencetak gol.
"Sangat keliru bila menganggap penguasaan bola merupakan peluang terbesar untuk mencetak gol," ujar Tabarez.
"Ketika tak memegang bola, Anda masih bisa menyerang lawan dengan cara yang berbeda," pungkasnya.
Tabarez mengatakan hal ini usai Uruguay menekuk Portugal di babak 16 besar Piala Dunia 2018.
Di laga itu Uruguay hanya memiliki 39 persen penguasaan bola, tapi dengan cara lain pada akhirnya mereka keluar sebagai pemenang meskipun di pertandingan selanjutnya mereka dikalahkan Prancis
Dengan komentar para pelatih dan angka yang ada di Piala Dunia 2018, sepertinya memang sudah saatnya sepak bola menuju ke arah yang berbeda.
Tentu hal tersebut sangat menyegarkan sekaligus menjadi tantangan baru bagi para pelatih untuk mencari antitesis dari direct football dan serangan balik cepat itu sendiri, seperti halnya selama bertahun-tahun orang berusaha mencari penangkal possession football-nya Spanyol dan Jerman.
Source
Tidak ada komentar:
Posting Komentar