***

7/12/2016

[Renungan] DEEP FREEZE



Mungkin banyak dari orang-orang yang suka ke warnet tahu program yang satu ini. Biasanya, program ini selalu terinstal di komputer-komputer warnet. Program bernama Deep Freeze ini digunakan untuk melindungi komputer warnet dari instalasi program yang tidak diinginkan. Jika program ini masih aktif, user tidak akan dapat menginstal program apapun. Walaupun sudah diinstal, begitu komputer di-restart atau dimatikan, setelah dinyalakan lagi maka akan kembali ke setting awal. Seakan-akan tidak ada program baru yang diinstal di komputer tersebut. File-file yang di-download, jika tidak dimasukkan ke drive yang tidak terpengaruh program ini, akan hilang jika komputer di-restart atau dimatikan. JIka ada program yang harus diinstal seperti update dan patch game online atau program lain, maka operator warnet harus melakukan langkah-langkah tertentu untuk mendeaktifasi program Deep Freeze ini. Barulah program tersebut dapat diinstal dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Namun, ternyata program seperti ini tidak hanya ada di komputer. Pada diri manusia, yang merupakan komputer tercanggih yang pernah ada, program ini sudah terinstal sejak lahir. Bedanya, jika program Deep Freeze pada komputer cenderung pukul rata, Deep Freeze pada manusia cenderung selektif. Bisa saja seseorang menjadi hangat dan akrab pada teman-temannya namun bersikap dingin dan beku pada oarng tertentu. Seperti komputer warnet yang dilindungi program Deep Freeze, seperti itulah kondisi orang yang enggan memaafkan orang lain. Apapun yang dikatakan, dilakukan dan diberikan oleh orang yang dikurung dalam Deep Freeze psikologis orang itu tidak akan memberi pengaruh apapun. Sungguh sangat disayangkan apabila ada persahabatan dan hubungan keluarga yagn sampai terblokir oleh program Deep Freeze psikologis itu.

Memang, manusia adalah tempat salah dan dosa. Sebaik-baik mereka yang bersalah dan berdosa adalah mereka yang bertaubat dan berusaha memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Namun, terkadang, suatu kesalahan disikapi eengan tidak proporsional. Orang yang bersalah seakan ditempatkan dalam es sepert tokoh Kay dalam cerita dongeng Ratu Salju karangan Hans Christian Andersen atau tokoh Han Solo dalam Star Wars: Return of the Jedy. Kay ditempatkan dalam istana Ratu Salju yang dingin membeku dan Han Solo ditempakan dalam peti es carbonite oleh Jabba The Hutt sang gangster kejam yang bermarkas di Planet Tatooine. Orang -orang yang ditempatkan dalam "peti es khayalan" itu tidak dapat lagi berkomunikasi dengan efektif dengan orang yang mengurungnya. Persis komputer yang terproteksi program Deep Freeze, walaupun sudah diinstal program tertentu, ketika di-restart dia akan kembali ke setting-an awal. Seakan-akan tidak pernah terinstall program apapun kecuali yang memang sudah ada.

Pribadi yang shalih/salihah adalah yang dapat mengelola emosi menjadi sebuah potensi yang membangun dan bukan merusak, merekatkan dan bukan meretakkan, mengokohkan dan bukan merobohkan serta mudah memberikan toleransi atau maaf pada orang lain. Sifat ini merupakan salah satu kunci kebahagiaan, kebaikan dan kelestarian rumah tangga. Allah berfirman: “dan orang-orang yang menahan amarah (emosi)nya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:134). Sehingga, bercermin dari pernyataan di atas, pribadi salih/salihah adalah pribadi yang bisa mengendalikan Deep Freeze psikologis yang ada dalam dirinya. Dia bisa membuka diri pada hal-hal yang baik, termasuk memberi maaf kepada mereka yang bersalah padanya namun dia juga bisa waspada dan jika perlu memblokir hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang berbahaya bagi jiwa dan agamanya.

Semoga bermanfaat

Nahar Rasjidi .multiply.com. Feb 1, '12 12:12 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar